Demonstrasi Ijazah Palsu Batal, Mahasiswa ini Justru Minta Maaf

Medan | suaranasionalnews.co.id — Sejumlah mahasiswa mengunggah video permintaan maaf ke media sosial (medsos) terkait tudingan mereka terhadap anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumatra Utara (Sumut) (dapil Karo, Dairi dan Pakpak Bharat) Franc Bernhard Tumanggor menggunakan ijazah palsu. Mereka pun membeberkan jika aksi demo yang hendak mereka lakukan ‘terbentuk’ karena hasutan dari oknum-oknum di Pakpak Bharat.

Dalam video berdurasi 58 detik itu, mereka mengatakan “Menanggapi judul berita aliasi mahasiswa Pakpak Simsim mengusut ijazah palsu bakal calon (bacalon) Bupati Pakpak Bharat, Franc Benhard Tumanggor. Kami yang ada di dalam foto tersebut dengan nama (Abdul Syahri Wijaya, Sopar Yaos Benyamin Hutauruk, Otniel Pasaribu dan Daniel Gisandri Lumban Tobing) bukanlah mahasiswa dari Pakpak Simsim. Kami hanya dimintai tolong memegangi sepanduk oleh oknum bernama Jeck Cibro (oknum mahasiswa). Kami diperalat oleh agenda pribadi dia yang nggak benar. Akibat dari kecerobohan dan ketidak hati-hatian kami tersebut, melalui surat klarifikasi video ini kami meminta maaf sebesar-besarnya kepada Bacalon Bupati Pakpak Bharat, Franc Benhard Tumanggor dan Dr. Mutsyuhito Solin dan kepada FBT Muda, kawan-kawan mahasiswa Simsim dan seluruh masyarakat Pakpak Bharat. Besar harapan kami, supaya kami dimaafkan dan ini menjadi pelajaran buat kami. Terimakasih”. Demikian unggahan para mahasiswa ke media sosial terkait tudingan mereka tersebut.

Menanggapi itu, kuasa hukum anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumatra Utara (Sumut) Franc Benhard Tumanggor, Rinto Maha menyambut baik permintaan maaf adik-adik mahasiswa. Iapun sangat mengapresiasi adik-adik mahasiswa yang mau mengakui kesalahan dan kekeliruan setelah mengkroscek isu murahan tersebut dan meminta maaf kepada kliennya.

“Kami selaku Kuasa Hukum, mengapresiasi adik-adik mahasiswa untuk mengakui sesuatu yang keliru, karena saya juga dahulu pernah menjadi mahasiswa seperti adik-adik tersebut. Mereka menyadari jika perbuatan mereka adalah salah, karena percaya suatu hal yang belum terkonfirmasi kebenarannya atau lebih tepatnya termakan fitnah murahan terhadap klien saya menggunakan ijazah palsu. Sekarang mereka sudah mendapat jawaban, jika klien saya memiliki ijazah asli dan sudah dibuktikan,”kata Rinto maha kepada wartawan, Senin Jumat (18/9).

Dalam hal ini, salah satu pendiri Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Serikat Pengacara Rakyat Sumatera Utara inipun mengingatkan kepada mahasiswa untuk menjadi cendikia yang kritis dan menjaga idealismenya dan jangan dijadikan sebagai tunggangan untuk kampanye oknum tertentu. Sebab, kata dia, mahasiswa sebaliknya harus menjadi agen perubahan (agent of change).

“Mahasiswa itu harus selalu ada ditengah, mengkritik ketidakadilan. Bukan malah menjadi alat untuk menjatuhkan orang lain karena kepentingan pribadi,” untung demonstrasi tersebut tidak menimbulkan akibat hukum baru yaitu pencemaran nama baik dan black Campaign yang merugikan diri sendiri imbuhnya.

Pengacara yang sebelumnya pernah menjadi penggiat organisasi masyarakat sipil yang juga aktif sebagai praktisi hukum inipun, memberikan sejumlah masukan kepada kawan-kawan mahasiswa. Ia meminta agar kawan-kawan mahasiswa selain belajar dapat terus fokus terhadap tujuan utama mereka menjadi mahasiswa, yaitu kritis terhadap segala sesuatu khususnya isu kebijakan politik baik mengenai pemberantasan korupsi, transparansi kebijakan publik, isu local wisdom dan yang terpenting mempunyai karakter kuat dan integritas agar mampu turut serta memperbaiki pranata sosial.

(Leo /ahmad)