Sumenep – Dandim 0827 Sumenep dan 1 SSK anggoota Babinsa turut hadir melaksanakan apel gelar Hari Santri Nasiona yang diselenggarakan oleh pengurus Cabang Nahdlatul ulama (NU) bersama Pemerintah Kabupaten Sumenep bertempat di Taman Adipura Desa Pajagalan Kecamatan Kota Kab. Sumenep, Madura – Jatim. Selasa (22/10/19).
Tampak Hadir dalam acara tersebut segenap forkopinda dan tamu undangan, mulai Bupati Sumenep Drs. KH. A. Busyro Karim, M.SI, Dandim 0827 Sumenep Letkol Inf. Ato Sudiatna, Kapolres Sumenep yang diwakili oleh Wakapolres Sumenep Kompol Andi Febrianto Ali, SE, Ketua PCNU. Sumenep KH. Panji Taufik, Ketua MUI Sumenep KH. Safraji, Para Kepala OPD Kab. Sumenep dan para Tokoh Agama serta peserta apel.
Dalam apel akbar tersebut terdiri dari peserta apel mulai dua pleton anggota Kodim 0827 Sumenep, dua pleton dari Polres Sumenep, lima Pleton dari Pemkab Sumenep, satu pleton dari Santri, tujuh kompi dari Pramuka yang terdiri dari perwakilan siswa MI, MTs dan MA Se – Kabupaten Sumenep.
Dalam pelaksanaan apel gelar HSN 2019 bertindak sebagai Inspektur Upacara KH. Panji Taufik selaku Ketua PCNU. Sumenep.
Apel akbar Hari Santri Nasional diawali dengan menyayikan lagu Indonesia Raya dan subanol wathon, kemudian mengheningkan Cipta yang dipimpin oleh inspektur upacara guna mendoakan para Kiyai dan Pahlawan yeng telah gugur mendahului kita.
Pembacaan ikhrar dan risalah santri dibacakan setelah Panji Nahdatul Ulama memasuki lapangan Apel dan penghormatan terhadap Panji Nahdatul Ulama lanjut Pembacaan Teks Pancasila dan Pembacaan Teks UUD 1945.
KH. Panji Taufik selaku Ketua PCNU. Sumenep menyampaikan dalam amanatnya, di tengah revolusi gelombang keempat (4.0), santri harus kreatif, inovatif, dan adaptif terhadap nilai-nilai baru yang baik sekaligus teguh menjaga tradisi dan nilai-nilai lama yang baik.
“Dasar perjuangan santri adalah memperjuangkan tegak lestarinya ajaran Islam Ahlussunnah Waljama’ah, yaitu Islam bermadzhabdi”, ungkapnya.
Menurutnya, era sekarang santri dituntut untuk cerdas mengembangkan argumen Islam moderat yang relevan, kontekstual, membumi, dan kompatibel dengan semangat membangun simbiosis Islam dan kebangsaan, sesuai yang dicontohkan Walisongo, terutama Sunan Kalijogo. Islam tidak diajarkan dalam bungkusnya, tetapi isinya.
“Bungkusnya dipertahankan dalam wadah budaya Nusantara, tetapi isinya diganti dengan ajaran Islam. Budaya dijadikan sebagai infrastruktur agama, sejauh tidak bertentangan dengan syariat. Termasuk dalam hal ini adalah bentuk negara. Bentuk negara apa pun, asal syari’at Islam dapat dijalankan masyarakat, sah dan mengikat, baik berbentuk republik, mamlakah, maupun emirat. Karena NKRI berdasarkan Pancasila telah disepakati oleh para pendiri bangsa, seluruh warga negara, termasuk santri, wajib patuh menjaga dan mempertahankan konsensus kebangsaan” ujarnya.
Sementara itu melalui Penerangan Kodim, Dandim 0827 Sumenep Letkol Inf Ato Sudiatna menyampaikan ucapan selamat Hari Santri Nasional kepada seluruh Santri Sumenep khususnya dan santri se – Indonesia pada umumnya.
Beliau juga berharap kepada seluruh Santri, di masa era sekarang ini harus tetap pegang teguh dengan jati diri santri dimana moralitas dan akhlak pesantren dengan kiyai sebagai simbol kepemimpinan spiritual ( qiyâdah rūhâniyah ) dan junjung tinggi nilai – nilai Pancasila sebagai idiologi Bangsa Indonesia tercinta.
“Hargai dan junjung nilai- nilai perjuangan para pendahulu kita terhadap Bangsa Indonesia yang penuh pengorbanan jiwa dan raga, sudah sepantasnya kita semua menjaga Bbngsa ini dari perpecahan dan permusuhan dengan kokohkan persatuan dan kesatuan bangsa untuk NKRI yang utuh dan berdaulat dengan berbhineka tunggal Ika”, tutup Dandim Letkol Inf Ato. (Pray/Pendim)