Anies Baswedan Bersama Olivia Zalleyanti, Tengku Rina dan Seniman Ikuti Tahlil Kebudayaan di Teater Kecil TIM

Jakarta – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menghadiri ‘Tahlil Kebudayaan, Doa dan Mengenang Lima Pelaku Seni dan Budaya’ yang sudah meninggal dunia. Kelima seniman tersebut adalah almarhum Ajib Rosidi, Rijal Tepo, Syaiful, Hedriques David, Sapardi Djoko Damono. Kelima almarhum dikenal sebagai pejuang dan penggerak Forum Peduli Taman Ismail Marsuki dengan tagline tagar #SaveTIM.

Anies Baswedan hadir ditemani Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan beberapa Staf Pemprop DKI Jakarta di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jl. Cikini Raya, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu malam (15/08/2020). Tampak juga hadir Radhar Panca Dahana selaku budayawan, Olivia Zalleyanti artis film/sinetron, Exan Zein producer/seniman, Tengku Rina artis film/sinetron selaku Ketua Panitia Acara dan beberapa pelaku seni lainnya.

Anies sapaan akrab mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini dalam sambutannya mengatakan, malam ini kita mengenang pribadi-pribadi berjasa yang mana tuhan mencukupkan kiprahnya berhenti. Dan tugas kita bukan hanya meneruskan, tetapi mengembangkan dari yang mereka torehkan dalam catatan perjalanan karyanya di bumi tercinta.

“Kita menyadari persis bahwa sebuah bangsa, sebuah negara adalah juga sebuah ekosistem kebudayaan. Tugas kita semua, apalagi orang seniman dan budayawan untuk meneruskan banyak karya,” katanya.

Sehingga kata Anies, bukan hanya perjalanan bangsa tanpa ada karya-karya budaya, tanpa ada arah. Tetapi justru sebuah perjalanan bangsa, dimana pelaku-pelaku utama kebudayaan mendapatkan tempat untuk mereka berkarya dan ikut menentukan arah perjalanan bangsa ini,” terang Anies.

Katanya, Mereka (red-almarhum) yang berada disini, mereka yang sama-sama kita tahlili malam ini, adalah mereka yang ikut berkontribusi menentukan arah.

“Saya ingat pengalaman khusus dengan almarhum Pak Ajib Rosidi. Pada saat itu kita membicarakan tentang pusat dokumentasi sastra HB Jassin. Pada saat itu Pak Ajib tidak mau semua ini diurus sama pemerintah. Pegang, itu dikatakan terus terang, karena nanti tidak keurus,” urai Anies menceritakan dialognya sama almarhum Ajib.

“Saya datang dan bertemu. Saya jelaskan kepada Pak Ajib, saya ceritakan punya pangalaman pribadi, dimana saya tumbuh besar mewarisi buku-buku seperti ini. Rumah kami di Yogja, dulu rumah peninggalan keluarga lama dan kami tinggal di rumah itu. Ada ruangan cukup besar kami menyebutnya kantoran, kenapa disebut kantoran kami juga tidak tahu kenapa? Katanya untuk terima tamu dan diskusi dan tempat itu ada sekitar ada 5000 buku. 5000 buku itu dari usia 1700 an akhir, 1800 an sampai buku-buku baru,” jelas Anies menceritakan.

Dan kata Anies, buku-buku lama ia baca dan nikmati tempat itu dan ia kenal Anton Sekov di tempat itu. Karena katanya, begitu banyak buku sastra terjemahan yang dikeluarkan Lekra, banyak sekali.

“Saya diberi amanah mengurusi 5000 an buku itu. Itu buku kuno dan lama sekali, berbagai bahasa. Sekarang buku itu saya simpan di Jakarta, karena tidak lagi di Jakarta. Ini saya ceritakan kepada Pak Ajib bahwa setiap kali melihat koleksi buku-buku tersebut, saya senang dan memiliki wawasan luas. Sejak saat itulah pusat studi sastra  HB Jassin diserahkan pada Pemprop DKI Jakarta,” tutur Anies panjang lebar.

Usai sambutan Anies Baswedan, acara dilanjutkan dengan pembacaan puisi oleh Olivia Zalleyanti membacakan puisi karya Sapardi Djoko Damono. Selanjutnya Exan Zein membacakan puisi Ajib Rosidi dan Abror melakukan testimoni perjalanan diri saat mengenal almarhum Ajib Rosidi.

Selain itu untuk mengenang kelima almarhum, What Voice yang personalnya terdiri dari Mogan Pasaribu, Jalie Gimbal, Cilay dan Dompak menyumbangan beberapa lagu. Group vokal ini adalah musisi yang sudah tampil dan go international.

Bahkan demi mengingat kelima almarhum, Panitia ‘Tahlil Kebudayaan Doa dan Mengenang Almarhum Ajib Rosidi, Rijal Tepo, Syaiful, Hedriques David, Sapardi Djoko Damono’ memberikan lukisan sketsa dibingkai lapisan warna emas. Lukisan sketsa foto profil para almarhum dibuat oleh Abi asal Medan, pelukis yang sering terlibat dalam kegiatan seni dan budaya di Taman Ismail Marzuki.

Sementara itu Tengku Rina, Ketua Panitia ‘Tahlil Kebudayaan, Doa dan Mengenang Lima Pelaku Seni dan Budaya’ mengatakan, acara ini adalah bentuk penghormatan dan apresiasi kepada kelima almarhum. Kelima pelaku seni dan budaya tersebut adalah sosok-sosok memiliki kontribusi dan pengalaman dalam mengembangkan seni dan budaya di Indonesia.

Mereka termasuk orang-orang yang penggerak dan pejuang di Forum Peduli Taman Ismail Marzuki atau #SaveTIM. Sebab menurutnya, TIM dalam pembangunannya sedikit melenceng dan salah arah.

“Pembangunan TIM perlu dibenahi ke arah yang benar. Agar TIM bisa menjadi rumah bersama untuk seniman dan budayawan, serta menjadi pusat seni dan kebudayaan di Indonesia,” tandasnya.

Kata Rina sapaan akrabnya, pelaku seni dan budaya memiliki peran penting dalam menguatkan kehidupan masyarakat. Dimana supaya memiliki rasa cinta kepada budaya dan tentu memiliki rasa cinta kepada bangsa Indonesia.

“Lewat karya-karya seni dan budaya kelima almarhum Ajib Rosidi, Rijal Tepo, Syaiful, Hedriques David, Sapardi Djoko Damono, bermanfaat bagi wawasan dan khasanah perekembangan seni dan budaya di Indonesia. Sampai saat ini karya mereka-mereka (red-almarhum) bisa dilihat dan dibaca diberbagai literasi dan koleksi film,” jelas Rina yang dikenal sahabat dekat almarhum Syaiful ‘Ipoel Pujangga’. (Gus Din)