Sumenep – Bertujuan untuk mencari solusi atas masalah yang tengah di alami para petani tembakau di Kabupaten Sumenep, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan (Dispertahortbun) Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur mengundang pengurus Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Sumenep dan sejumlah pengusaha gudang tembakau.
Dalam pertemuan di Aula Kantor Dispertahortbun Sumenep, di bahas tentang minimnya serapan tembakau yang dilakukan oleh pihak gudang, hingga berdampak pada banyaknya tembakau milik petani yang tidak terjual. Rabu (18/09).
Kepala Dispertahortbun Sumenep, Arif Firmanto, S.TP, M.Si mengatakan, rapat bersama itu merupakan salah satu upaya yang terus dilakukan bagaimana mencari solusi terbaik, khususnya bagi para petani tembakau di Sumenep.
“Dispertahortbun ini wilayahnya lebih pada budidaya tanaman. Sedang yang dihadapi petani sekarang ini kesulitan menjual, atau pada proses perdagangannya. jadi kami harus sinergi dengan semua pihak, seperti dengan tupoksi Disperindag Sumenep, karena untuk ini kami tidak bisa berjalan sendiri,” jelasnya.
Disamping itu, diungkapkan Arif, pihaknya juga terus berupaya membuka lobi kepada para pengusaha gudang tembakau. Seperti meminta pihak Gudang untuk dapat membuka pembelian lagi.
“Tadi kita dengar penjelasan dari semua pengusaha gudang. Misalnya gudang tembakau PT Surya Kahuripan Semesta, kan sudah menutup pembelian sejak tanggal 2 September lalu, tapi tetap kita mohonkan agar dapat membuka pembelian setelah ini,” terangnya.
“Termasuk juga yang gudang tembakau milik Wismilak, mereka akan tutup besok pada Kamis (19/09/2019), karena kuota serapannya cuma 200 ton, ya kita minta agar bisa diperpanjang,” terangnya pula.
Bahkan menurutnya, pihaknya juga saat ini mengerahkan seluruh penyuluh pertanian lapangan (PPL) untuk melakukan pendataan jumlah panen tembakau, baik di Desa dan Kecamatan.
“Selain melakukan pendataan, para PPL ini juga melakukan sosialisasi cara penanaman tembakau yang baik. Kan kasihan kalau petani sudah menanam tembakau, tapi ketika panen justru tidak laku karena kurang memenuhi persyaratan gudang,” jelasnya pula.
Sementara, Freddy Kustianto salah satu pihak gudang, menyampaikan, alasannya melakukan penutupan sementara pembelian tembakau di gudangnya karena faktor modal.
“Kami ini terkendala modal. Sudah 274 ton yang kami serap. Tapi kalau ada modal di lain hari, pembelian tembakau pasti kami buka,” terangnya. (And/Yas)