Tim Pendamping Keluarga, Guna Meningkatkan Efektifitas Pelayanan Untuk Minimalisir Stunting

Sumenep, Jatim|suaranasionalnews.co.id Pemerintah Kabupaten Sumenep melalui Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan KB dan BKKBN, Tim Pendamping Keluarga yang bergerak di level teknis di Desa dan Kelurahan.

Bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan kegiatan dan pelayanan kepada sasaran, yang diselenggarakan oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), sedangkan untuk Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang ada di Kabupaten Sumenep berjumlah 866 tim, yang setiap tim terdiri atas Bidan atau Nakes, Tim penggerak PKK Desa dan KB.

“Dalam penyelenggaraan percepatan penurunan stunting membutuhkan pendekatan intervensi yang komprehensif, Intervensi ini mencakup aspek penyiapan kehidupan berkeluarga, pemenuhan asupan gizi, perbaikan pola asuh, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan serta peningkatan akses air minum serta sanitasi,” kata Agus Mulyono Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan KB. Kamis (19/1/2023).

TPK jika dikelompokkan mempunyai 3 tugas yang salah satunya melaksanakan pendampingan kepada Calon Pengantin/Calon Pasangan Usia Subur, keluarga dan keluarga yang berisiko Stunting. Pertama, TPK melakukan screening identifikasi di setiap keluarga yang beresiko stunting.

“Resiko-resiko yang ada di masing-masing anggota keluarga, seperti ibu hamil, ibu menyusui, wanita masa subur atau pengantin dan balita,” tambahnya.

Dicontohkan kalau ibu hamil, apakah kurang energi kronis, apakah hb nya rendah. kemudian setelah dilakukan screening di semua sasaran, apa resiko-resiko yang ada pada setiap sasaran. Kedua, melihat potensi potensi yang ada, karena salah satu pencegahan stunting kunci nya adalah protein atau zat pembangun. Maka dilihat potensi sekitar, apakah ada ternak ayam, Lele, sayur, beras dan jagung yang bisa dimanfaatkan.

“Ketiga, memberikan prioritas terhadap hasil screening tersebut, contohnya ibu hamil hb nya dinaikkan, gizi nya harus ditingkatkan agar tidak terjadi kek maka diberikan makanan tambahan dari potensi sekitar tersebut,” terangnya.

Keempat, memberikan solusi melalui edukasi, pengetahuan tentang asupan makanan bergizi pada remaja dan ibu hamil. Karena gaya hidup dengan pola makan yang salah, masih menjadi faktor kendala.

“Pemberian Makanan Tambahan (PMT) selain disediakan oleh kami, ada juga PMT yang berasal dari dana desa yang paketnya disesuaikan dengan yang ada di kami,” imbuhnya.

Maka dengan 4 hal tadi, akan menjadi satu kesatuan dari rangkaian tugas TPK. Endingnya penyiapan kehidupan berkeluarga, pemenuhan asupan gizi, perbaikan pola asuh, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan

“Semua itu menjadi bekal bagi ibu hamil dan keluarga dekat, untuk mencegah lahirnya stunting baru. Bagi yang sudah berisiko stunting, dilakukan pengejaran-pengejaran (Gizi) sehingga belum mencapai usia 2 tahun, anak resiko stunting sudah bisa diatasi dengan cara-cara tersebut,” pungkasnya. (And, Tiem)